Senin, 18 Oktober 2010

Ilmuwan Dari 10 Negara Bertemu di Serpong

Antara - Sabtu, 16 Oktober

Jakarta (ANTARA) - Sebanyak 60 pakar ilmu material dari 10 negara akan
bertemu dan bertukar pengalaman dalam "International Conference Materials
Science and Technology (ICMST) 2010" yang digelar di Puspiptek, Serpong,
Banten, pada 19-21 Oktober 2010.

"Di zaman teknologi maju ini, kehidupan tak bisa lagi lepas dari ilmu
material. Handphone sampai kendaraan sangat tegantung dari kemajuan ilmu
material. Kami akan membicarakan berbagai kemajuan dalam ilmu material
dalam pertemuan ini," kata Kepala Bidang Bahan Industri Nuklir Badan
Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Dr. Evvy Kartini di Serpong, Banten, Jumat.

Pakar dari 10 negara tersebut antara lain penemu material penyimpan
hidrogen Prof Craig M Jensen dari USA, Prof Dr Masatoshi Arai dari Jepang,
Dr Robert Robinson dari Australia, Prof BVR Chowdari dari Singapura, serta
ilmuwan lainnya dari Jerman, Belanda, India, Thailand, Malaysia, dan
Vietnam.

Sedangkan dari dalam negeri juga akan hadir 150 pakar dan ilmuwan yang
akan berbicara terkait ilmu material serta para akademisi yang berasal
lebih dari 30 perguruan tinggi di seluruh Indonesia.

Peserta yang akan hadir merupakan ilmuwan di bidang material, fisika,
teknik kimia, metalurgi, serta memiliki spesialisasi nanoteknologi,
struktur material, desain material, polimer, karet, tekstil, biosensor,
dan lain-lain.

"Kita sering tak sadar bahwa barang-barang yang kita pakai yang semakin
lama semakin kecil, ringan dan banyak keunggulan itu merupakan hasil dari
temuan-temuan ilmu material, kita bisa lihat handphone kita dengan
baterainya yang makin tipis, ringan, dan tahan lama," kata Ketua Panitia
hajatan tersebut.

Ilmuwan penemu penghantar listrik berbahan gelas dengan teknik hamburan
netron itu menyayangkan, masyarakat Indonesia masih dalam taraf menjadi
konsumen, tanpa tahu teknologi apa saja yang ada dalam barang-barang yang
dipakainya.

Pertemuan ini, lanjut dia, sangat penting untuk bertukar pengalaman
tentang berbagai temuan mutakhir di dunia di bidang teknologi material dan
tempat para ilmuwan Indonesia memublikasikan karyanya ke dunia
internasional.

Ia mengatakan, pertemuan ini rutin digelar sejak 1996 yang disebut
Pertemuan Ilmiah IPTEK Bahan (PIIB) dan diselenggarakan dua tahun sekali.
Ini adalah pertemuan ke tujuh yang digelar dan ditingkatkan ke taraf
internasional dengan mengundang para pakar dari luar negeri.

Evvy mengemukakan dibutuhkannya diplomasi sains untuk menggelar suatu
pertemuan ilmiah besar dengan keterbatasan biaya.

"Para profesor tersebut bersedia datang untuk menyalurkan ilmunya dengan
biaya transportasi dan akomodasi sendiri atau dari lembaganya. Saya sangat
senang mereka mau menerima undangan kami," kata pakar nuklir yang namanya
sering beredar di sejumlah jurnal internasional itu.