Jumat, 07 Mei 2010

intermezzo.... tapi indah.....: Triple Filter Test

Di Yunani kuno, Socrates terkenal memiliki pengetahuan yang tinggi dan sangat terhormat. Suatu hari seorang kenalannya bertemu denga filsuf besar itu dan berkata, "Tahukah Anda apa yang saya dengar tentang teman Anda?"

"Tunggu beberapa menit," Socrates menjawab. "Sebelum Anda menceritakan apapun pada saya, saya akan meberikan suatu test sederhana. Ini disebut Triple Filter Test."

"Triple filter Test?"

"Benar," kata Socrates. "Sebelum kita bicara tentang teman saya, saya kira bagus kalau kita mengambil waktu beberapa saat dan menyaring apa yang akan Anda katakan. Itulah sebabnya saya menyebutnya triple filter test."

Filter petama adalah KEBENARAN. "Apakah Anda yakin sepenuhnya bahwa yang akan Anda katakan pada saya benar?"

"Tidak," jawab orang itu, "Sebenarnya saya hanya mendengar tentang itu."

"Baik," kata socrates. "Jadi Anda tidak yakin bila itu benar. Baiklah sekarang saya berikan filter yang kedua, filter KEBAIKAN. Apakah yang akan Anda katakan tentang teman saya itu sesuatu yang baik?"

"Tidak, malah sebaliknya.. ."

"Jadi," Socrates melanjutkan, "Anda akan berbicara tentang sesuatu yang buruk tentang dia, tetapi Anda tidak yakin apakah itu benar. Anda masih memiliki satu kesempatan lagi karena masih ada sattu filter lagi, yaitu filter KEGUNAAN. Apakah yang akan Anda katakan pada saya tentang teman saya itu berguna bagi saya?"

"Tidak, sama sekali tidak."

"Jadi," Socrates menyimpulkannya, "bila Anda ingin mengatakan sesuatu yang belum tentu benar, buruk dan bahkan tidak berguna, mengapa Anda harus mengatakannya kepada saya?"

Itulah mengapa Socrates adalah filsuf besar dan sangat terhormat. Kawan-kawan, gunakan triple filter test setiap kali Anda mendengar sesuatu tentang kawan dekat atau kawan yang Anda kasihi.

Minggu, 02 Mei 2010

metoer yang menyambangi duren sawit ...

Lapan Observasi Lokasi Jatuhnya Meteor





Jakarta, Lapan.go.id, Jumat (30/4), Lapan mengobservasi lokasi tempat yang diduga jatuhnya meteor di Duren Sawit, Jakarta Timur. Observasi dilaksanakan setelah ada kesimpulan dari Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor) Kepolisian bahwa kerusakan rumah bukan diakibatkan bom, melainkan tumbukan antariksa.

Setelah memperoleh kesimpulan tersebut, Lapan mengirim tiga peneliti di bidang astronomi. Peneliti tersebut yaitu Prof. Dr. Thomas Djamaluddin, Abdul Rahman, dan Neflia.

Dari hasil analisis lokasi, menurut Thomas, sangat mungkin adanya indikasi ledakan meteorit. “Dari sifat-sifatnya, itu memang meteorit,” katanya. Ia menduga, meteorit jatuh dari arah tenggara kemudian menumbuk dinding barat rumah utama. Panas akibat meteorit tersebut menyebar di ruang tengah dan membakar beberapa barang. “Tekanan panas juga melontarkan genteng rumah tersebut,” ujar Thomas.

Tumbukan meteorit ini juga merobohkan tembok belakang di lantai atas rumah itu. Thomas menjelaskan, kemungkinan pecahan meteorit tersebut masuk ke dalam genteng rumah yang ada di belakang rumah utama.

Sebelum observasi Lapan, Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) telah menyisir lokasi tersebut. Hasilnya, tidak ada radiasi atau racun di tempat kejadian. Thomas memaparkan, meteorit tidak beracun dan tidak menghasilkan radiasi.

Thomas mengatakan, Lapan akan berkoordinasi dengan Puslabfor untuk analisis lebih lanjut. Selain itu, Lapan bersama Puslabfor saat ini perlu meneliti lebih lanjut di sekitar reruntuhan rumah belakang. Hal ini disebabkan, ada dugaan meteorit jatuh di rumah itu.

Peneliti Lapan tersebut menjelaskan, meteorit berbentuk batu berwarna hitam pekat. Warna hitam akibat terbakarnya meteorit saat memasuki atmosfer bumi. Hingga Jumat (30/4) malam, meteorit tersebut belum ditemukan.